Friday, December 31, 2010

20 ELEVEN!!

In about a few seconds from now, satu dunia akan bercahaya dek fireworks memainkan irama cahayanya di atmosfera. hmm. New Year ea? countdown yg ditunggu-tunggu laa kan? haha..

Apa-apa pun, new year, new year jgak..asalkan kita jgn lupa dkt awal muharram kita sudah..hmm

Bagi ana, tibalah masa utk pack dan bersiap sedia ke asrama balik..haha..ready 4 SPM!!

 Doakan ana terbaik! :)

                                                                                                   Love,
                                                                                                AMIR HAFIZ
Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk

Saturday, December 18, 2010

(^_^)Terbayarnya sebuah pengorbanan (^,^)

Ceritera Saidatina Fatimah Az-Zahraa dan Saidina Ali Karamallah hu wajhah

Ali Bin Abi talib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Tapi karena dia tidak mempunyai
duit untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan duit. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar khabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, bagaimana agaknya perasaan Ali, wanita yang sudah dia inginkan dilamar oleh seseorang yang ilmu agama nya lebih hebat dari dia. Tetapii Ali tetap bekerja dengan giat.

Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali terpegun dan sedikit bergembira tentunya, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan ”. Setelah mendengar khabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan duit dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar khabar kalau Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali mendahulukan orang lain, bagaimana perasaanya? Tapi tak berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khatab ditolak. betapa senangnya Ali, mendengar kabar itu.

Tapi tak lama kesenangan itu kembali pudar Karena terdengar khabar lagi, ternyata Usman bin Affan melamar Fatimah. ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Kalaulah Usmantidak melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah tidak lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi , apa hendak dikata , adakah mahu mengalah
Dan sekali lagi, tidak berapa lama dari itu, khabar ditolaknya lamaran Usman bin Affan pun terdengar lagi, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh sahabat2 Ali. Kata sahabat nya “pergilah Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. tunggu apa lagi??? Tunggu yang ke4 kalinya??? baik cepat!!!”

Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad S.W.T dengan tujuan melamar Fatimah, dan sahabat2 u-jam nak tau??? LAMARANNYA DITERIMA!!!

Oh rupanya : ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan . Wah..wah.. mereka hebat yaaa (harus kita contohi, sahabat-sahabat u-jam). Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali mendahulukan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga.

Yup, sekali lagi, kata-kata ini pasti akan muncul dalam benak sahabat2 >>> “Jodoh memang tidak kemana”
, dari cerita itu, lebih memperjelas lagi kan bahwa “Cinta itu, mengambil kesempatan , atau mempersilakan yang lain”

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,
namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut
agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita
Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta

Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut
disekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada..
barangkali, kita saja yang tidak mengetahuinya

Dan inilah kisah dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah
tentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan sahabat2nya tapi Nabi berkeras agar ia membayar bakinya
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,

dalam suatu riwayat dikisahkan

bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)

Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, "Puteriku, mahukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?"

"Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai sembahyang, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, 'Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali."

Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah.

Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingatiNya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SEMOGA KISAH INI MEMBAWA TELADAN UNTUK SEMUA. KALAU ADA TERSALAH FAKTA ATAU APA-APA SAHAJA, BOLEHLAH BERITAHU ANA. :]


Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk

Tuesday, December 14, 2010

Life quote

"There is no easier day than yesterday"
- Amir Hafiz
Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk

Sunday, December 12, 2010

Ahmad Izzah dan Adolf Roberto

Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam.
Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu melintasi di hadapan mereka.
Kerana kalau tidak, sepatu 'boot keras' milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka.
Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
"Hai... hentikan suara jelekmu! Hentikan... !" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata.
Namun apa yang terjadi? Laki-laki dikamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang.
Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang.
Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala. Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.
Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana 'abduka... Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustaz... InsyaAllah tempatmu di Syurga."
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.
"Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus.
Anda telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh.
Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami."
Mendengar "khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin.
Ia lalu berucap, "Sungguh... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah.
Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."
Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung.
Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah.
Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto berusaha memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto.
"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!" ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto.
Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah.
Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.
Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.
Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran.
Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.
"Ah... seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini."
Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu.
Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu.
Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.
Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya.
Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam.
Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.
Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini.

Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia).
Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia.
Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi.
Tubuh mereka gelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.
Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.
Seorang kanak-kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap.
Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.
Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya.
Sang anak itu berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa...? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi... "
Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat.
Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.
Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi... Abi... Abi... " Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
"Hai... siapa kamu?!" jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut.
"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi... " jawabnya memohon belas kasih.
"Hah... siapa namamu budak, cuba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah... " dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba, Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil.
"Hai budak... ! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik.
Namamu sekarang 'Adolf Roberto'... Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.
Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka.
Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan.
Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu.
Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeria, "Abi... Abi... Abi... "
Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.
Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya.
Ia masih ingat betul, bahawa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.
Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusat.
Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah.
Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini.
Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha... " Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.
Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya.
Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya.
"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu... "Terdengar suara Roberto meminta belas.
Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya.

Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini.
Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.
- Iluvislam.com

Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk

Friday, December 3, 2010

?=cerita cinta=?

Asssalamu'alaikum..

huh? cerita cinta ape plak nie? haa, bru2 nie ana (saye) trjmpe note kwn ana nih..agak bes laa cite die..lgpn, ana rse ana bleh kaitkan lgi kisah nie khususnye kpd bdk2 skola agame, termasuk ana laa..hehe :p ..ape2pun, hayatilah kisah ini..jadikan teladan~

Cinta Si Budak Agama : Naim


Naim pelajar tingkatan 5 di sebuah Sekolah Agama Persekutuan.Dia seorang yang tinggi ilmu agama dan mempunyai politik yang agak stabil di sekolah dan Siqahnya(Kepercayaan orang terhadapnya) tinggi.Apabila Ustaz tiada di antara Magrib dan Isyak,dia akan ke hadapan.Samada memberi tazkirah atau mengepalai bacaan Mathurat.Pergaulan dengan perempuan dijaga dengan begitu sempurna,jika mesyuarat terpaksa bercampur lelaki dan perempuan,sama sekali dia tidak akan mengangkat pandangannya.Semua orang menghormatinya,baik yang junior mahupun senior,baik yang laki-laki mahupun perempuan.Jika ada senior yang tengah membuli junior,jika Naim ada di tempat kejadian,proses buli itu akan bertukar menjadi majlis maaf-bermaafan.Inilah ‘kuasa’ Naim di sekolahnya.
Dia menjadi contoh teladan bagi setiap pelajar sekolahnya.Setiap mata-mata yang wujud di sekolah itu selalu memerhatikan pergerakannya dan mengambilnya sebagai contoh kehidupan yang paling sempurna.Dek kerana mengetahui banyak mata memerhatikannya,dia betul-betul menjaga akhlaknya.Bukan kerana manusia tetapi kerana Allah.Niatnya hanya satu,supaya Islam itu terpancar dari dirinya.Hebatnya dia dalam menjaga akhlaknya, tidak ada seorang pun di dalam sekolahnya melainkan teman sebiliknyanya yang pernah melihat kulit badannya walaupun dia seringkali bermandi-manda di kolah berhampiran dengan surau.
Sudah pasti,ramai perempuan yang menggilainya walaupun dia tidak mengetahui hal itu.Di hadapannya semua baik,tunduk dengan penuh tawadukknya tapi berlalunya Naim dari tempat itu,mula lah mulut mereka bergerak memuji dan mengumpat tentang Naim.Bukan sahaja pelajar biasa yang meminati Naim tapi ada juga pelajar-pelajar perempuan yang memegang tampuk kepimpinan sekolah yang meminatinya cuma tidak disuarakan, bimbang ditegur dan yang paling mereka takuti,takut cinta mereka ditolak.Tambahan pula Naim banyak kali mengingatkan pelajar-pelajar supaya menjauhi zina hati,zina yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasa tatkala dia memberi tazkirah.
Namun,hatta nabi Sulaiman yang menjadi raja dunia itupun diuji Allah,inikan pula seorang pelajar sekolah agama yang ilmu agamanya masih bertatih, bahasa arabnya masih merangkak-rangkak.Dia diuji dengan kehadiran seorang pelajar perempuan yang baru pindah ke sekolahnya.Namanya Nisa, Khairun Nisa.Orangnya putih,bertahi lalat di pipi sebelah kanan sedangkan Naim di sebelah kiri.
“Ana Khairun Nisa,sila beri tunjuk ajar.”Nisa memperkenalkan dirinya.
Dalam mahu yang bercampur dengan iman di dalam hatinya,Naim melihat Nisa dengan sipi-sipi matanya sahaja. Ingin dia merenung Nisa dengan lebih tajam tapi iman di dadanya masih kukuh bak tembok besar cina.
“Cantiknya,”hati Naim bermonolog.
Tidak sampai sekelip matapun,imannya menampar hatinya.Dia terus sedar dari diulik oleh syaitan dan lantas dia beristighfar,memohon ampun daripada Tuhan dek kerana melakukan zina,zina hati.Ingin sahaja matanya mengeluarkan bintik-bintik mutiara tanda sesalnya dia akan dosanya namun selaput kaca di matanya masih tebal.Mungkin penyesalannya masih belum kuat untuk memecahkan selaput kaca itu.
Saat berganti saat,hari berganti hari,Nisa pun terpilih untuk menjadi salah seorang AJK surau sekolah dek kerana dia asyik ke surau berbanding dengan pelajar-pelajar yang lain.Subuhnya di surau,Dhuhanya di surau,Zohornya di surau,Asar,Magrib dan Isyaknya di surau.Seringkali Naim terdengar suara wanita sedang membaca Al-Quran di balik tabir biru yang memisahkan lelaki dan perempuan,ingin dia mengintai siapakah gerangan hamba Allah itu tapi iman masih tebal menyelaput hati nafsunya.Ditakdirkan Allah,suatu hari dia ternampak Nisa masuk ke surau perempuan,maka tahulah dia bahawa suara perempuan yang didengar selama ini ialah suara Nisa.
Sedang dia sedang bersendirian berdoa selepas solat sunat Dhuha,dia terdengar satu suara perempuan meminta tolong dari balik tabir.Suara perempuan itu sayup-sayup.
“Ish..Nak tolong ke tak..Kalo aku masok belah pompuan,bukanke khalwat..ye la,mane ade orang…aku dan die je..takley,aku mesti bagitau ustaz hal ni,biar ustaz tolong..”Imannya bersuara.
Tapi 1 tetap kalah kepada 2.Imannya kalah dengan nafsu dan syaitan yang menggodanya.
“Kalo aku tak tolong,maybe…em…aku intai dulu la,kalo serius aku tolong segera kalo tak,aku lapor kat ustaz,”akal mula campur tangan.
Tabir biru itupun diselaknya dan dia mendapati jari Nisa terkepit di almari Quran.Walaupun sakit Nisa tetap menahannya,bimbang maruahnya jatuh di hadapan seorang ketua badan Agama sekolahnya.Dan ketika itulah makhluk durjana yang bernama syaitan mula mengambil peranan.Disuntiknya bius-bius dosa ke dalam hati Naim supaya Naim tidak terasa melakukan dosa.
“Em..Aku kene lapor kat ustat ke?Patot ke aku tolong?Bley ke aku pegang tangan die?Dose..”Imannya bersuara.
“Ah,darurat,darurat.Even babi pun boleh makan kalo darurat.”Akal yang dibalut dengan nafsunya membuat pertimbangan.
“Betul juga,ok,aku tolong.”Hatinya membuat keputusan sambil disahkan oleh Syaitan.
“Er,Nisa tahan ek,kejap saya tarik pintu almari ni.”Dia memberi arahan kepada Nisa.
“…ok…”Suara Nisa bagaikan bunyi ikan bersuara,entah dengar,entah tidak.
Pintu almari berjaya dibuka,jari Nisa terlepas dari kepitan almari.Merah bak biji saga jarinya,hampir-hampir saja berdarah tapi kulitnya masih kuat menahan segala isi cecair daripada keluar.Tiba-tiba,Naim tanpa berfikir panjang memegang jari Nisa.Niatnya hanya satu,ingin melihat keadaan jari Nisa.Tapi dengan pantas Nisa menariknya dan berlari turun daripada surau dan menuju ke kelas.
“Ya Allah,apa aku telah buat ni…Aku bukan sengaja melakukannya Ya Allah..Ampunilah aku..”Dia berdoa,menangis menyesal dosa yang baru sahaja dibuatnya sebentar tadi.
Habis sahaja air matanya kering,hatinya diketuk dengan pelbagai soalan.Bukan soalan agama tetapi soal maruah dan Siqahnya.Bagaimana jika Nisa menceritakan hal tadi kepada kawan-kawannya?Bagaimana kalau cerita itu bocor kepada junior-juniornya?Kalau ustaz dapat tahu,pasti dia akan dilucutkan dari segala jawatan yang disandangnya sekarang.Dia akan dicemuh dan dihina.Dia tidak akan dapat peluang ke depan lagi sewaktu ketiadaan ustaz.Dia bimbang bercampur keliru.
Lamunannya tersentak apabila satu suara memberi salam untuk masuk ke surau.Peluh-peluh resah dan gelisah mengalir di pipi kanannya,dia masih di dalam bahagian surau wanita.Apa yang harus dijawab jika ditanya. Ya,menipu.Menipu adalah jalan penyelesaian yang terbaik buatnya sekarang.Lagipun dia cam suara itu,itu suara Khairul,teman sebiliknya.Baginya tidaklah berdosa menipu teman sebilik yang akrab dengannya.
“Eh,Im.Ape ko wat lam surau pompuan tu?”Soal Khairul,kelihatan di mukanya perasaan ingin tahu.
“Eh,takde ape-ape la.Aku just check samada quran cukup tak belah pompuan.”Jawab Naim.
“Owh,baguslah wat kerja baik atas rumah Allah ni.Insya Allah ko dapat pahala,taknak share ngan aku?”gurau Khairul.
Gurauan yang pada dasarnya kelihatan seperti satu lawak bodoh tetapi ada perkataan-perkataan yang menghantui fikiran Naim iaitu ‘RUMAH ALLAH’.
Ya,di atas rumah Allah inilah Naim melakukan maksiat.
Di atas rumah Allah inilah Naim menipu.
Semuanya di atas rumah ini,rumah kepunyaan Tuan segala tuan.
Tiba-tiba dia menangis tetapi bukanlah menangis seperti anak kecil menangis.Hanya air mata sahaja mengalir di atas pipinya yang sedikit cengkung.Khairul terkejut melihat Naim menangis dan bertanya sebab Naim menangis tetapi Naim hanya berdiam.Khairul membuat andaian sendiri,pada pendapatnya mungkin Naim menangis kerana bertaubat.Lantas perasaan cemburu mula menguasai dirinya.Inilah dia tanda orang beriman,pantang melihat orang lebih dekat dengan Kecintaan nya,pasti dia cemburu.
“Eh Im,kelas da nak start.Jom!”Ajak Khairul.
“Ok,”balas Naim.
Pelajarannya selepas waktu rehat tadi tiada makna.Sepatah kata yang keluar dari mulut cikgu-cikgunya tidak satupun diingati atau diberi perhatian.Matanya tajam memandang ke arah papan hijau di hadapan kelas tetapi fikiran jauh ke laut mencari ketenangan.Jasadnya wujud tapi ruh akalnya tiada.Bukan sibuk memikirkan penyelesaian tetapi sibuk mencari masalah-masalah yang akan timbul jika cerita tadi diketahui umum.
Rupa-rupanya,bukan Naim sahaja yang berjasad tanpa akal,begitu juga dengan Nisa.Cuma ada kelainannya. Nisa sama sekali tidak bimbang tentang nasibnya jika cerita itu bocor atau ada mata yang terpandang peristiwa tadi tetapi kepalanya sibuk memikirkan tentang Naim.Kedudukannya di dalam kelas menyebabkan matanya tidak berkelip memandang Naim dari belakang.Baginya,alangkah bertuah sesiapa yang dapat menawan hati Naim. Kesopanan dan kebaikan yang ditunjukkan oleh Naim sebentar tadi,betul-betul memikat hati suci si gadis ini.Begitulah nasib si Abid tanpa Ilmu.Pantang ditiup angin,pasti dia rebah.
Tangan mula mengambil peranan,diambilnya pen merah jambu kesukaannya dan diambil sehelai kertas memo yang berada di dalam laci mejanya.Sepucuk surat ditulis sebagai tanda terima kasih buat si jejaka budiman. Surat sahaja tidak cukup,dibelinya sekotak air laici yang berharga 80sen dengan duit seringgit.Bakinya dibeli sebatang choki-choki,juga sebagai hadiah.
Seperti kebiasaannya,Naim datang ke kelas seawal mungkin.Selesai sahaja solat Zohor berjemaah dan makan di dewan makan,tanpa menyalin pakaian,dia terus ke kelas.Baginya masa itu emas dan tidak boleh dibazirkan walaupun sesaat.Masih banyak pelajaran tingkatan 4 dan tingkatan 5 yang belum dikuasainya.Tabiatnya ini menjadi ikutan sesetangah pelajar yang lain.Pabila dia melangkah kaki ke dalam kelas,alangkah terkejutnya dia apabila dia melihat sepucuk kertas yang dilipat 2 dan ditindih dengan sekotak air laici dan sebatang choki-choki.


Isi suratnya:
Salam..
Terima kasih kerana tolong ana..
Kalau anta takde tadi,tatau la macamana ana nak buat..
Jangan bimbang,ana tidak akan membocorkan hal tadi kepada orang lain..
Ukhwah Fillah,
Nisa’
Sambil menghirup air laici dalam kotak itu,dia tersenyum.Dengan mengoyak plastik depan choki-choki,dia membetulkan kerusinya,mempersiapkan dirinya untuk menulis surat balas kepada Nisa.Sebaik sahaja pen nya ingin menyentuh dada kertas putih berbelang biru itu,dia terfikir alangkah bagusnya kalau dia mempunyai pen berwarna-warni supaya Nisa tidak jemu membacanya.Mata hitamnya terpandang bekas pensil kawan di hadapannya.Tidak pernah dia menyentuh barang orang lain tanpa izin tapi kali ini tidak lagi.Entah kawannya bagi atau tidak,dia terus menggunanya atas alasan yang sangat biasa, “standardla,kawan..”Maka bermulalah kisah cinta Naim,Si Budak Agama.Balas dia:
Salam,
Terima kasih atas minuman dan makanan yang saudari bagi,
Ana tidak buat apa-apa melainkan untuk menolong insan dalam kesusahan,
Bukankah Islam menyuruh kita menolong orang dalam kesusahan?
Moga Allah meredhaai kita,
Dan,salam perkenalan.Ana Naim.
Naim
Diselitnya surat ini ke dalam buku latihan Nisa’ dengan harapan yang membulat.Maka,Naim dan Nisa mula berbalasan surat.Walaupun pada awalnya,kedua-dua merasa kekok dek kerana dua-dua mempunyai tapak agama yang boleh dikatakan kukuh. Ada juga Nisa bertanya di dalam suratnya, “Kita berbalas surat ni,tak salah ke di sisi Islam?”
Pening juga Naim dibuatnya namun disejukkan hatinya dan hati Nisa dengan jawapan, “Takpe,kita dating tak pernah.Bertentangan mata jarang sekali. Kita Ukhwah Fillah.Kita berhubungan inipun semata-mata kerana Allah.Kita niat untuk berkahwin,bukan untuk buat maksiat.”
Nisa membalas, “bagaimana pula dengan zina hati?”
Lalu Naim membalas, “mana ada zina hati.Zina hati tu ulamak yang buat dengan tujuan umat Islam tidak mendekati zina.Rasulullah tak kata pun.Lagipun cinta ini fitrah,masakan Allah zalim mengharamkan apa-apa fitrah manusia?” Hilang sudah prinsip yang dipegangnya selama ini.
Walaupun Nisa tidak berpuas hati dengan jawapan Naim,namun dek kerana cintanya dia kepada Naim,di’iya’kan sahaja ‘fatwa’ kekasihnya itu.
Naim dapat mengesan rasa sangsi kekasih hatinya melalui gaya bahasa dan cara penulisan yang agak sedikit berbeda,lalu dia membalas, “Nisa’,bukankah Allah berfirman bahawa perempuan baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik?Ana yakin anti baik dan ana pun yakin yang anti rasa ana baik.Tidak sekali Allah kata isteri yang baik untuk suami yang baik tetapi Allah kata perempuan dan lelaki bermakna belum berkahwin pun takpa.Anti meragui Quran?”
Terdiam Nisa’ membaca ‘fatwa’ baru buah hatinya itu.Ingin dia membantah tetapi bimbang dianggap meragui Quran. Mindsetnya yang mengatakan buah hatinya mempunyai ilmu setinggi langit itu menyebabkan dia semakin yakin dengan ‘fatwa-fatwa’ itu.
Siqah bukanlah kerja manusia.Pengaruh bukanlah kawalan manusia.Hati manusia tidak boleh dibeli dengan mata wang, kesetian tidak boleh diperdangkan dengan kemewahan.Semuanya hak mutlak Allah,Tuhan yang membolak balikkan hati manusia.Jika Dia menghendaki seseorang itu mulia,maka mulialah orang itu walaupun pada awalnya dia hanya seorang anak yatim piatu.Jika Dia menghendaki seseorang itu hina,maka hinalah orang itu di atas tahtanya sendiri.Semuanya bukan dengan tiba-tiba tetapi ada syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Nya yang diberi nama Sunnatullah.
Kepercayaan manusia terhadap seseorang itu akan datang bila dia mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kesetiaan seseorang terhadapnya menjadi lebih solid pabila dia menyempurnakan apa yang dilafaznya.Inilah hukum yang ditetapkan Ilahi.
Makin hari,pengaruh Naim semakin jatuh.Kawan-kawan dan junior-juniornya semakin bosan dengannya.Sebab?Tiada. Jelas sekali soal hati,Dia yang punya.Hidup Naim juga menjadi tidak tentu hala.Dulu dia berbaju ketika mandi di kolah,kini tidak lagi.Pertimbangan akal menjadi semakin kurang,mungkin terlampau tebal kabus dosa yang menutupi hatinya.Siqahnya kian jatuh.Terkadang dia dimarahi oleh cikgu-cikgu kerana prestasinya yang kian merosot.
Dia merasakan tekanan semakin bertambah.Tiada lagi sakinah yang dianugerahkan kepadanya dulu.Tiada lagi senyuman tatkala kesusahan.Tiada lagi nasihat-nasihat penenang yang mampu diberi pabila adik-adik datang meminta nasihat.
Jika dulu dia mampu mengambil tugasan luar walaupun ketika peperiksaan bulanan dijalankan,kini tidak lagi.Bukan peperiksaan pun dia tidak dapat mengatur masa dengan baik.24 jam baginya tidak cukup.Masa untuk dia belajar,masa untuk dia berpersatuan dan masa untuk Nisa.Pernah dia berdoa meminta diberi 1 jam lebih tapi dia tidak sedar bahawa jika dia diberi 100 jam lebih pun,pasti tidak mencukupi.
Khairul merasa hairan dengan perubahan sikap kawan sebiliknya itu.Kadang-kadang tersenyum seorang diri,kadang-kadang masam dan kadang-kadang seperti bercakap seorang diri.Naim seakan-akan gila.Betul Naim gila,gila bayang.Panahan syaitan benar-benar telah menusuk ke dalam hatinya,membuat satu lohong iman di dalam hatinya.Khairul cuba bertanya mengapa dia seakan-akan berubah tapi dimarahnya Khairul, “kubur lain-lain,syurga lain-lain,neraka pun lain-lain!”
“Betul,sebab lain-lain la aku nak tanya ko.Mane la taw ko ade masalah,bimbang takut di sana pun ko ade masalah.”Ujar Khairul.
“Ko taw kan firman Allah, kuu anfusakum wa ahli kum naara?”Soal Naim.
“jagalah diri kamu dan ahli keluarga mu daripada api neraka..jadi?”Jawab Khairul.
“Jadi?!Aku ahli keluarga kau ke?!”Marah Naim lagi.
Khairul terdiam sedar bahawa ilmunya tidaklah setanding dengan Naim.Perasaan kesal timbul dalam hatinya atas tindakan sahabatnya sebentar tadi.Namun,atas dasar silatur rahmi kerana Allah,dia nekad untuk mengetahui punca Naim berubah. Baginya pokok tidak akan bergoyang jika beruk tiada di dalamnya.Walaubagaimanapun,Khairul tidaklah selicik Naim, dia buntu apabila memikirkan adakah tindakannya selari dengan Islam atau berserenjang dengan Islam.Lalu disampaikan isi hatinya kepada Ustaz Faidi, Mentornya.
“Er Ustaz,saya ada masalah nak bincang dengan ustaz.”Bagitahu Khairul.
Ma?”Soal Ustaz balik.
“Ustaz,saya bimbang dengan Naim,teman sebilik saya.Perangainya seperti sudah berubah.Dia macam bukan dia..Er, tataw nak terang macamana..”Terang Khairul.
“Na’am,ana pun perasan perubahan pada Naim.Dia dah bukan macam dia yang dulu.Banyak perubahannya.”Tambah Ustaz.
“Saya rasa,ada yang disembunyikan olehnya Ustaz dan saya rasa,ada baiknya saya menyiasat..Bolehkah ustaz?”Soal Khairul.
“Dalam Islam,mengintai mencari kesalahan orang ini diistilahkan sebagai Al-Tajassus.Hukumnya asalnya haram tapi boleh berubah menjadi harus pabila diperlukan.Dan dalam keadaan ni,hukumnya harus.”Terang ustaz.
Penyiasatan bermula dan penyiasatan Khairul bertemu dengan jalan buntu.Tiada sebarang benda buruk yang dilakukan Naim.Namun,pabila Allah menghendaki yang gelap menjadi terang,dihilangkan bintang dan diganti dengan matahari. Sepandai-pandai tupai melompat,akhirnya jatuh juga ke tanah.Akhirnya surat yang disimpan selama ini dijumpai oleh Khairul ketika dia sedang membersihkan surau.Rupa-rupanya,surat-surat yang dihantar oleh Nisa’,selama ini disimpan di balik almari al-quran di hadapan tempat imam solat.Terkesima Khairul dibuatnya apatah lagi ketika membaca perkataan-perkataan yang telah berlaku evolusi,daripada ‘ana’, ‘anti’, kini ‘sayang’, ‘ayang’.Daripada ‘ukhwah Fillah’ kini ‘I luv U’.
Khairul tidak salah lagi,surat itu kepunyaan Naim.Tertera nama Naim di atas belah kiri surat, ‘Buat Naim ku sayang’. Dalam tidak sedar,Khairul menangis.Dia betul-betul sedih membaca surat-surat itu,bukan kerana Nisa yang dalam pemerhatiannya juga dirampas orang tetapi sedih bagi pihak Naim.Terngia-ngia di telinganya bacaan ayat 2 dan 3 surah As-Saf yang selalu dibaca oleh Naim ketika menjadi Imam Magrib.Mengenangkan maksud ayat-ayat tersebut yang secara ringkasnya membari maksud melarang orang beriman daripada memberi nasihat tentang apa yang mereka perbuatkan, Khairul terus menangis.
Dari luar surau,kelihatan Naim yang baru sahaja sampai di surau.Tanpa berfikir tentang benda lain,Naim terus memandang ke arah tempat penyimpanan ‘harta karun’nya itu.Terperanjat dia apabila mendapati Khairul sedang memegang ‘harta-harta karung’nya itu dan tanpa berfikir panjang,dia berlari ke arah Khairul.Sekali lagi dia melanggar prinsip yang diajar kepada orang-orang lain supaya menghormati rumah Allah,jangan berlari-lari di atasnya.Dia lupa bahawa dia pernah melarang kawan-kawannya yang bergurau di dalam rumah Allah,katanya bahawa berlari di atas rumah Allah seperti berlari di atas perut ibu sendiri yang sedang sarat mengandung.Entah benar,entah tidak.
Ditolaknya Khairul ketepi dan dirampasnya semua surat-surat yang dipegang oleh Khairul.
“Woi,ape ko buat ni?!!!”Marah Naim.
“Woi?Mana pergi bahasa mu wahai kawan?Mana pergi sopan santun mu wahai kawan?Mana pergi dirimu yang dulu wahai Naim?”Soal Khairul sambil mengesat air mata yang sedang mengalir.Naim terdiam.
“Rupanya,inilah masalah mu wahai kawan.Tiada ku sangka dirimu sedemikian,wahai kawan.Bagiku engkau lah model, engkaulah insan sempurna yang memancarkan sinar Islam ke sekolah ini.Kini kau sirna wahai kawan,kau mutiara yang kian sirna!”Marah Khairul.
“Ah,kau peduli ape!”Naim bersuara walaupun hatinya terkesan dengan kata-kata Khairul.
“Jujur aku tanya,kau couple Im?”Soal Khairul.
“Aku couple ke,aku tak couple ke,tu soal aku la.Dosa biar aku tanggung sendiri!Jangan risau la,aku takkan heret kau masuk neraka sama dengan aku!”Lantang sungguh Naim berbicara.Dia lupa di atas lantai rumah siapakah yang dia pijak sekarang.
Khairul berlalu dari tempat itu dengan penuh penyesalan.Ingin dia salahkan takdir kerana menemukan dia dengan seorang kawan yang hipokrit seperti Naim namun dia akur dengan qada’ dan qadar Ilahi.
Semasa mereka bekelahi sebentar tadi,mereka bukan berdua.Di balik tabir biru itu ada 3 pasang telinga yang mendengarnya secara tidak sengaja.3 orang pelajar junior perempuan baru sahaja selesai mendirikan solat sunat Dhuha mendengar setiap butir perkataan yang keluar daripada mulut mereka berdua.
Malang si Naim.3 orang pelajar itu bukanlah pelajar yang diam sifatnya.Dihebahkan berita Naim berpacaran ke setiap juzuk sekolah sehingga para cikgu pun tahu mengenainya.Ke mana sahaja Naim pergi,pasti ada mata-mata yang memandangnya dengan hujung-hujung mata dan sebaik sahaja Naim pergi,mulalah syaitan berpesta dengan dosa mengumpat.Bertambah malang bagi Naim,dia tidak tahu bahawa semua orang telah tahu dia berpacaran.Tazkirah yang seringkali ditunggu oleh semua pelajar kini dicemuh,dihina dan dikutuk oleh semua yang mendengarnya kecuali kekasih hatinya,Nisa.
Khairul,si sahabat setia ini tidak senang mendengar orang mengumpat sahabat sejatinya. Akhirnya dia berkeputusan untuk menyampaikan sendiri kepada Naim bahawa semua orang sedang mencelanya.
“Im,senanye..Sume orang da taw ko couple..”Bicara Khairul secara perlahan.
“Hah?!”Terkejut Naim.Apa yang ditakutinya kini menjadi realiti.
“Ko bagitaw orang?!!!!”Soal Naim.
“Eh,tak..Aku pun tak taw macamana bley..”
“Ah!! Inilah kawan! Kawan makan kawan! Aku tau dari dulu lagi ko dengki ngan aku, ko dengki ngan jawatan aku dapat!Aku taw kau sengaja nak jatuhkan aku!”Naim memotong dengan lajunya,melebihi had laju yang sepatutnya.
“Demi Allah..”
“Jangan main dengan sumpah!Berani sebut nama Allah dalam wat dosa,dasar…”Sekali lagi Naim memotong,laju benar susun katanya.
“Aku menyesal bagitahu kau,aku ingat kau la kawan aku yang sejati rupa-rupa..”
“Rupa-rupa apa?!Musuh?!”Naim marah lagi.
“Na’am!Musuh Allah,musuh agama Allah!Ko nasihat orang jangan bercouple,jangan zina hati, jangan itu,jangan ini tapi dalam masa sama kau buat!Ko lupa ayat-ayat surah As-Saf yang ko selalu baca tyme jadi Imam?Ko lupa?!Meh aku ingatkan ko! Wahai orang beriman jangan kau melarang apa yang engkau kerjakan,sungguh besar kemurkaan Allah pada engkau! Ya,pada engkau Naim!Allah memurkai mu dan layaknya aku membenci mu!” Balas Khairul dengan penuh perasaan kecewa.Lalu dia meninggalkan bilik dengan menarik tombol pintu dengan sekuat-kuatnya.
Keheningan dan kesunyian malam itu dipecahkan dengan dentuman pintu bilik khas,bilik Naim dan Khairul.Di sekolah itu mereka sahaja yang diberi keistimewaan untuk tinggal di bilik dan orang lain di dorm,memandangkan mereka ialah ketua dan penolong ketua pelajar di sekolah itu.Pelajar-pelajar senior yang mendengarnya keluar dengan berlari,hati mereka ingin benar mengetahui apa yang berlaku namun kelihatan hanya Khairul sedang berjalan menuju ke tandas.Berbeza pula dengan pelajar junior,mereka dengan lajunya menutup lampu dan berpura-pura tidur,bimbang nama mereka dipanggil untuk dijadikan ‘lauk’ para senior malam itu.
Kata-kata Khairul benar-benar menikam qalbu terus ke akal.Tersentak Naim buat seketika. Mimpi ngeri dalam hidupnya baru bermula.Tidak,dia baru sedar yang dia dalam mimpi ngeri. Tindakan segera wajib diambilnya jika tidak Siqahnya akan terus merudum jatuh menyembah bumi.Jika dia terus begini,tiada lagi ‘Abg Naim Si Budak Surau’ atau gelaran ‘Wali Naim’.Tiada lagi kesetiaan,tiada lagi kepatuhan dan tiada lagi insan yang akan menghormatinya menggunakan hati mereka.Apa yang ada hanya lakonan.Buah di luar, duri di dalam.
Dikuatkan hati,diringankan tangan untuk menulis surat terakhir buat kekasih hatinya. Tapi ternyata dia gagal.Semalaman dia tidak lena,pening memikirkan jalan penyelesaian yang pasti tiada jawapannya.Akibatnya,dia tertidur di dalam kelas.
“Naim,bangun!”Arah Cikgu Marlina,cikgu matematik tambahan yang terkenal dengan garang dan keceluparan mulutnya.
Naim terjaga dari lenanya dan terus berdiri.
“Apa dah jadi dengan awak ni?Dalam kelas tidur,luar kelas bercinta!”Marah Cikgu Marlina.
Awan hitam kini melitupi Naim,dia merasa tersangat malu.Bukan arang yang diconteng ke mukanya sekarang tetapi najis,najis manusia,manusia yang bernama Naim,najisnya sendiri. Tiada kata dapat dibalas,dia hanya tunduk terdiam.
Naim bijak dalam beragama tapi dia gagal dalam berpolitik.Dia tidak sedar akan tindakan untuk tunduk dan diam itu bukanlah satu tindakan yang betul dalam berpolitik.Tindakannya itu sepeti dia mengakui kesalahannya dan dalam erti kata lain,dia mengakui bahawa dia sedang bercinta.
Marah Cikgu Marlina tadi bukan sahaja menampar Naim tapi terbias juga kepada pasangannya, Nisa.Nisa tunduk,akur dengan kesilapannya.Kini,dia sedar bahawa dia telah menarik Naim ke lembah kebinasaan.Surat pertamanya,surat tanda terima kasih itu merupakan surat jemputan ke neraka.Dia sudah sedar segala-galanya.Surat,hadiah dan fatwa-fatwa Naim itu merupakan alatan-alatan yang dibuat oleh syaitan.Nampak seperti sesuai dengan syarak tapi penuh dengan unsur kemaksiatan,tidak dapat dilihat oleh mata kasar,hanya mata hati dapat mengesannya.
Cara yang terbaik untuk Nisa sekarang,menulis surat terakhir,surat tanda perpisahan, surat yang akan meniupkan kembali segala kebaikan dan menutup segala keburukan.Dengan nekad yang kuat di dalam hati,keyakinan yang tinggi terhadap Islam,Nisa memegang pen merah jambu kesayangannya dan mula menulis.
Salam sayang,
Sudah hampir 5 bulan kita bercouple,
Ayang percaya yang sayang sudah tahu isi hati ayang,
Ayang benar-benar menyintai sayang..
Sepenuh jiwa dan raga ayang..
Namun,ayang sedar satu benda,benda yang mungkin buat kita menangis,
Dalam kita asyik mengejar cinta Ilahi bersama-sama,kita telah balutinya dengan cinta yang penuh dengan kepalsuan.Cinta manusia yang tidak mempunyai dasar yang kukuh.Kita selesakan diri kita dengan menyatakan cinta kita berdasarkan iman tapi dengan iman itu kita melakukan maksiat.Benar kita tidak pernah berjumpa,berdating seperti remaja lain tapi maksiat bukan itu sahaja.
Ayang yakin dengan kata-kata sayang bahawa tiada hadis yang menyatakan zina hati tapi ayang baru perasan bahwa ayat la taqrabu zina itu menggunakan fail qaraba yakni perbuatan mendekatkan dengan hati.Maknanya,dengan hati pun tidak boleh dekati zina.
Ayang bukanlah membuat fatwa atau apa-apa ajaran tetapi itulah yang ayang percaya.Tindakan kita ini tidak lain tidak bukan,membersihkan najis dengan air kencing sendiri.Najis tidak bersih tetapi bertambah kotor,mengalir dan terus mengalir mengotori semua tempat.
Sayang..Ayang percaya pada jodoh.Jika kita dijodohkan bersama,Insya Allah,kita akan bersama.Tidak perlu bercouple atau berkenalan,jika Allah nak kita bersama,insya Allah kita bersama.
Percayalah,itu hak Allah.Dia boleh buat apa yang dia suka.Dia yang menghidupkan Isa tanpa bapa,menyejukkan api yang membakar nabi Ibrahim,memutuskan air penghalang nabi Musa dan menghidupkan Sam bin Nuh buat nabi Isa.Jika semua perkara ganjil itu Allah yang buat,apatah lagi soal jodoh yang merupakan soal kebiasaan.
Semoga apa yang kita bina selama ini diampuni Allah.
Ukhwah Fillah.
Nisa
Tertitis setitik dua air matanya di atas surat itu tapi cepat-cepat dilapkan supaya tulisan tidak hilang.Sengaja dia tidak mengambil kertas baru dan menulisnya kembali supaya Naim faham isyarat yang cuba diberinya.Hati Nisa tidak mahu tapi disebabkan imannya, agama didahulukan.Kemahuan ditolak ketepi walaupun perit menolaknya.
Surat keramat diletakkan di atas meja Naim,kali ini tiada lagi air laici dan tiada lagi choki-choki,surat semata-mata.Naim membacanya dan dia telah bersedia dengan keadaan ini.Tiada lagi air mata,tiada lagi tangisan tiada lagi kedukaan.Kisah cintanya jelas bukanlah cinta yang menghasilkan CINTA tapi cinta yang berpaksikan maksiat semata-mata.
Tangannya pantas mencari kertas dan pen untuk membalas surat terakhir ini.Tengah dia berfikir ayat-ayat cinta terakhir,hidayah Tuhan sampai.Cahaya yang akan menghilangkan segala titik hitam yang bertapak di permukaan hatinya.Cahaya yang akan membaca cinta ini kepada CINTA.
Dengan penuh yakin,dia mengoyak kertas yang ditulisnya tadi.Dia yakin,jika dia menulis surat balas,syaitan akan mencelah dan mengambil peluang lagi ke atasnya.Biarlah surat ini bergantung sebegini supaya dapat disambung di akhirat nanti.


Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk

Thursday, December 2, 2010

rEhaTkAn miNdA

Kisah Lobak, Telur dan Coklat Panas

Nur Izzah, seorang pelajar undang-undang di Kolej Safir merasakan hidupnya tertekan kerana silih-berganti masalah yang perlu dihadapinya. Sudah sampai tahap 'horror'. Maka, Nur Izzah pun mengadu hal ini kepada bapanya, seorang Chef tersohor di mata dunia, bernama Chef Jay.
Di dalam dapur yang sentiasa berasap, Chef Jay mengambil 3 biji periuk 'stainless steel' yang berisi air paip dan memanaskannya di atas dapur gas yang kuat apinya.
Nur Izzah kelihatan bingung melihat gelagat ayahnya, Chef Jay itu. Apabila air di dalam periuk tersebut kelihatan mulai menggelegak, Chef Jay memasukkan lobak merah, telur ayam kampung dan 5 sudu besar serbuk coklat panas jenama Galaxy ( memang sedap), setiap satunya ke dalam periuk yang berasingan.
Nur Izzah menarik muka masam. Dia tidak merasakan ayahnya memahami masalahnya. Selepas beberapa ketika, Chef Jay mengangkat lobak merah dan telur ayam kampung ke dalam dua mangkuk dan menuangkan coklat panas ke dalam gelas. Dialog antara ayah dan anaknya pun bermula.



Chef Jay : Apa yang Izzy (nama manja) nampak?

Nur Izzah : Lobak merah, telur ayam kampung dan coklat panas...

Chef Jay : OK... cuba Izzy rasa lobak merah, kupas telur ayam kampung dan hirup sedikit air coklat panas tu... lepas tu... beritahu ayah apa yang Izzy rasa.

Nur Izzah : Hmmm... lobak merah tu lembut dan senang dikunyah, telur ayam kampung tu sebelum masak dalamnya cair (mentah) tapi bila dah rebus jadi keras dan yang paling sedap air coklat panas tu yang begitu enak ketika panas. Tapikan... kenapa ayah buat macam ni???

Chef Jay : Sesungguhnya, dengan memasak pun boleh menyelesaikan masalah Izzy tu. Ketiga-tiga bahan tu memberikan tindak balas yang berlainan terhadap air panas yang menggelegak. Lobak merah yang pada mulanya keras menjadi lembut bila direbus. Telur ayam kampung pada mulanya isi dalamnya cair, tetapi menjadi keras apabila direbus. Coklat panas itu pula tidak enak dimakan begitu sahaja, tetapi enak diminum panas-panas apabila dibancuh dengan air panas.

Nur Izzah : Jadi apa kaitannya dengan masalah Izzy ni? Izzy tak faham.

Chef Jay : Air yang panas menggelegak itu umpama semua masalah Izzy dan ketiga-tiga bahan itu menggambarkan yang mana satukah Izzy nak jadi. Jangan jadi seperti lobak merah, pada mulanya keras (kuat) tetapi lembut (lemah) apabila di rebus di dalam air panas (masalah). Jangan jadi seperti telur ayam kampung isi dalamya cair (umpama hati yang lembut dan boleh di bentuk), tetapi apabila direbus menjadi keras (hati menjadi keras umpama batu) walaupun daripada luar kelihatan masih sama. Jadilah seperti coklat panas itu, menukar air panas itu dan menjadi air coklat panas yang enak. Begitulah Izzy yang sepatutnya, jadikanlah masalah itu sesuatu yang memberi manfaat dan pengalaman yang berharga di dalam hidup, moga-moga kita lebih matang dan bijak menghadapi masa hadapan.
Nur Izzah menitiskan air mata terharu mendengar nasihat ayahnya itu... Seakan-akan muncul semangat baru di dalam diri Nur Izzah untuk terus mara ke hadapan.

Sahabat-sahabatku sekalian...

Ujian adalah Tarbiyyah daripada Allah s.w.t.
Berilah pertolongan kepada mereka yang bermasalah walaupun hanya sekadar mendengar masalah mereka.

Moga-moga kita dirahmati Allah s.w.t. Amin...

Ya Tawwab, teguhkanlah pendirianku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu mendapat petunjuk